Salah satu tantangan yang dihadapi oleh organisasi nirlaba maupun organisasi filantropi di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini berkaitan dengan pendanaan. Menurut laporan dari Department of Foreign Affairs and Trade, Government of Australia (DFAT) yang dirilis tahun 2017, pendonor internasional kepada organisasi nirlaba di Indonesia menurun sekitar 85%-90%. Kondisi ini membuat organisasi nirlaba perlu mendiversifikasi sumber pendanaannya, agar dapat terus menjalankan tujuan sosial dan memperluas jangkauan penerima manfaat.
“Diversifikasi funding itu penting karena kalau kita hanya mengandalkan satu sumber pendanaan, yaitu grant, risiko sustainability dari sebuah organisasi nirlaba menjadi lebih besar,” ungkap Adisti Chandra, COO Instellar dalam forum diskusi online bertajuk Keberlanjutan Lembaga Filantropi dan Nirlaba melalui Pendekatan Social Entrepreneurship yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Filantropi Indonesia bersama dengan Instellar pada Kamis, 15 Oktober 2023.
Adisti menjelaskan, dengan memiliki aktivitas usaha yang menghasilkan revenue atau sales, maka operasional organisasi nirlaba dapat terbantu dan semakin sehat. Perlu diperhatikan, dengan mempunyai bisnis, bukan berarti akan mengkompromisasi dampak atau tujuan dari organisasi tersebut.
“Bisnis ini justru mendukung dan saling melengkapi. Apakah mudah dan cepat? Tidak juga. Namun, bukan berarti ini tidak mungkin dilakukan. Butuh sebuah keberanian dari teman-teman di organisasi untuk memulai ini, tentunya dengan melalui perencanaan yang baik,” ujar Adisti.
Salah satu strategi yang dapat dilakukan organisasi adalah dengan bertransformasi menjadi social enterprise atau wirausaha sosial. Instellar melalui Instellar Impact Advisory (IIA) berperan sebagai konsultan untuk impact investor dan organisasi nirlaba yang ingin memiliki unit bisnis berupa wirausaha sosial.
Irvan Faried, Impact Advisory Lead Instellar menuturkan untuk membantu organisasi nirlaba memulai aktivitas bisnis yang dapat mendatangkan pemasukan dana, Instellar menggunakan tools Organizational Readiness for Business Assessment. Melalui tools tersebut kesiapan sebuah organisasi dinilai dari enam indikator, yaitu Top Management Commitment, Human Resource, Financial Resource, Business Competence, Asset, dan External Resources.
Organisasi Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) adalah salah satu organisasi yang membentuk unit bisnis wirausaha sosialnya, yaitu Tanah Air Lestari dengan bantuan Instellar. Febri Raharningrum CEO Tanah Air Lestari mengungkapkan pendampingan oleh Instellar untuk bertransformasi dimulai pada tahun 2019.
“Seiring proses, dari 2019 mulai business assessment, 2020 ide semakin tajam, dan di 2021 dibentuklah entitas Tanah Air Lestari yang core function-nya adalah peningkatan kapasitas, dengan mendesain training, workshop, sampai module development,” ujar Febri.
Apakah organisasi Anda juga sedang merencakan strategi mendapatkan skema alternatif pendanaan? Hubungi kami di hello@instellar.id untuk diskusi lebih lanjut.
Instellar Indonesia
V-Office District 8, Treasury Tower Lt.6 Unit F
Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53, SCBD Lot.28
Jakarta 12190
Tetap Terhubung dengan Kami
Copyright © 2017 – 2024 Instellar.
All rights reserved.
Instellar Indonesia
V-Office District 8, Treasury Tower Lt.6 Unit F
Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53, SCBD Lot.28
Jakarta 12190
Tetap Terhubung dengan Kami
Copyright © 2017 – 2024 Instellar. All rights reserved.